Masalah Kesuburan Tanah

Dalam mengetahui permasalahan kesuburan tanah di sekitar tempat tinggal, saya berkesempatan mewawancarai Ibu Yuli. Beliau seorang ibu rumah tangga dan memiliki hobi berkebun di pekarangan. Wawancara dilakukan di rumah beliau, Desa Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul pada Jumat, 4 Desember 2020.

Saat ini Ibu Yuli menanam cabai dan tomat dalam pot atau polybag sejumlah 25 buah. Sebenarnya, di pekarangan sekeliling rumah beliau ditanam komoditas lain seperti bayam, jeruk, pisang, pepaya, mangga, rambutan, tanaman obat, dan tanaman hias. Akan tetapi, saya membatasi dengan mewawancara komoditas yang memiliki permasalahan kesuburan tanah saja.

Luas lahan yang digunakan untuk menanam cabai dan tomat kurang lebih 4,5 meter persegi. Lahan pekarangan beliau dapat dilihat dalam gambar berikut,

Permasalahan yang dihadapi Ibu Yuli adalah media tanam yang terlalu kompak dan kekahatan hara.

Tanah yang terlalu kompak disebabkan komposisi pasir dan lempung yang tidak proporsional. Tanah yang terlalu padat menyebabkan aerasi tanah kurang (Handayanto dkk, 2017). Hal ini akan berdampak pada pertumbuhan tanaman. Akar tanaman membutuhkan oksigen untuk melakukan respirasi.

Adapun permasalahan kekahatan yang dialami Ibu Yuli disebabkan penggunaan bahan organik berupa ampas teh yang tidak dikomposkan terlebih dahulu. Mikroba dekomposer memerlukan unsur N, P, dan K untuk melakukan aktivitasnya (Setyorini dkk, 2006). Sehingga yang terjadi adalah mikroba menyerap unsur hara di sekitar tanah untuk merombak ampas teh tersebut. Hal tersebut menyebabkan terjadi kompetisi penyerapan unsur hara oleh tanaman dan mikroba dekomposer.

Berikut ini dokumentasi wawancara yang telah dilakukan,

Referensi

Handayanto, Eko., Nurul Muddarisna dan Amrullah Fiqri. 2017. Pengelolaan. Kesuburan Tanah. Universitas Brawijaya Press. Malang

Setyorini, D., R. Saraswati, dan E. K. Anwar. 2006. Kompos. Badan Penelitian Tanah : Bogor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.