Masalah Kesuburan Tanah

Dalam mengetahui permasalahan kesuburan tanah di sekitar tempat tinggal, saya berkesempatan mewawancarai Ibu Yuli. Beliau seorang ibu rumah tangga dan memiliki hobi berkebun di pekarangan. Wawancara dilakukan di rumah beliau, Desa Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul pada Jumat, 4 Desember 2020.

Saat ini Ibu Yuli menanam cabai dan tomat dalam pot atau polybag sejumlah 25 buah. Sebenarnya, di pekarangan sekeliling rumah beliau ditanam komoditas lain seperti bayam, jeruk, pisang, pepaya, mangga, rambutan, tanaman obat, dan tanaman hias. Akan tetapi, saya membatasi dengan mewawancara komoditas yang memiliki permasalahan kesuburan tanah saja.

Luas lahan yang digunakan untuk menanam cabai dan tomat kurang lebih 4,5 meter persegi. Lahan pekarangan beliau dapat dilihat dalam gambar berikut,

Permasalahan yang dihadapi Ibu Yuli adalah media tanam yang terlalu kompak dan kekahatan hara.

Tanah yang terlalu kompak disebabkan komposisi pasir dan lempung yang tidak proporsional. Tanah yang terlalu padat menyebabkan aerasi tanah kurang (Handayanto dkk, 2017). Hal ini akan berdampak pada pertumbuhan tanaman. Akar tanaman membutuhkan oksigen untuk melakukan respirasi.

Adapun permasalahan kekahatan yang dialami Ibu Yuli disebabkan penggunaan bahan organik berupa ampas teh yang tidak dikomposkan terlebih dahulu. Mikroba dekomposer memerlukan unsur N, P, dan K untuk melakukan aktivitasnya (Setyorini dkk, 2006). Sehingga yang terjadi adalah mikroba menyerap unsur hara di sekitar tanah untuk merombak ampas teh tersebut. Hal tersebut menyebabkan terjadi kompetisi penyerapan unsur hara oleh tanaman dan mikroba dekomposer.

Berikut ini dokumentasi wawancara yang telah dilakukan,

Referensi

Handayanto, Eko., Nurul Muddarisna dan Amrullah Fiqri. 2017. Pengelolaan. Kesuburan Tanah. Universitas Brawijaya Press. Malang

Setyorini, D., R. Saraswati, dan E. K. Anwar. 2006. Kompos. Badan Penelitian Tanah : Bogor

Pembuatan Kompos

Pemupukan diperlukan untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman dan memperbaiki sifat tanah. Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk pemupukan adalah kompos. Kompos merupakan hasil fermentasi bahan-bahan organik seperti pangkasan daun tanaman, sayuran, buah-buahan, limbah organik, kotoran hewan ternak, dan bahan-bahan lainnya (Harlis dkk, 2019)

Sisa tanaman dan kotoran hewan merupakan sumber bahan organik yang sangat potensial bagi tanah, karena perannya yang sangat penting terhadap perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Namun, bila bahan organik tidak dikelola dengan baik maka akan berdampak negatif terhadap lingkungan, misalnya sebagai tempat berkembangbiaknya patogen tanaman.

Bahan-bahan organik menjadi lapuk dan busuk bila berada dalam keadaan basah dan lembap, seperti halnya daun-daun menjadi lapuk bila jatuh ke tanah dan menyatu dengan tanah. Selama proses perubahan dan peruraian bahan organik, unsur hara akan bebas menjadi bentuk yang larut dan dapat diserap tanaman. Sebelum mengalami proses perubahan, sisa hewan dan tumbuhan ini tidak berguna bagi tanaman, karena unsur hara masih dalam bentuk terikat yang tidak dapat diserap oleh tanaman.

Di lingkungan alam terbuka, proses pengomposan bisa terjadi dengan sendirinya. Lewat proses alami, rumput, daun-daunan dan kotoran hewan serta sampah lainnya lama kelamaan membusuk karena adanya kerja sama antara mikroorganisme dengan cuaca. Proses tersebut bisa dipercepat oleh perlakuan manusia, yaitu dengan menambahkan mikroorganisme pengurai sehingga dalam waktu singkat akan diperoleh kompos yang berkualitas baik.

Salah satu metode dalam pembuatan kompos adalah pengomposan aerob. Pembuatan kompos dengan metode aerob dilakukan dengan bantuan sirkulasi udara (oksigen). Pembuatan kompos secara aerob dapat menghasilkan kompos yang berkualitas dan dapat diaplikasikan sebagai pupuk yang bermanfaat bagi tanaman karena dengan metode aerob dapat memelihara kondisi tetap oksik atau terdapat oksigen (Hagemann et al., 2018).

Bahan yang digunakan dalam pengomposan aerob antara lain kotak kayu, plastik, sampah bahan organik, aktivator, dan bekatul. Adapun alat yang digunakan yaitu pisau, ember, pengaduk, gayung, dan mangkok.

Langkah pertama, menyiapkan tempat pengomposan untuk meletakan bak kayu. Kemudian, menyiapkan bahan organik yang akan dimanfaatkan sebagai kompos. Bahan organik yang digunakan yaitu jerami, limbah buah, limbah sayur, dan seresah daun. Limbah sayur dan buah dicacah dengan ukuran kurang dari 2 cm. Selanjutnya, limbah rumah tangga tersebut dimasukkan ke dalam bak kayu dan dicampur dengan bekatul.

Disamping itu, siapkan larutan aktivator. Larutan aktivator dapat menggunakan EM4 yang diencerkan dalam larutan gula dengan komposisi EM4, air, dan gula (1:50:1)

Selanjutnya, siram limbah dalam bak kayu dengan larutan aktivator dan aduk hingga merata. Tambahkan bahan kompos jerami dan seresah daun. Kemudian tutup bak dengan plastik.

Kompos diaduk atau dibalik setelah 4 hari dan 7 hari untuk menjaga agar suhu di bak tidak terlalu panas. Lalu, cek kompos setelah 21 hari apabila sudah hancur dan baunya tidak menyengat, artinya kompos sudah jadi.

Indikator mutu kompos matang yang baik antara lain memiliki struktur remah dan lunak, tidak berlumpur, warna kompos cenderung gelap kehitaman disebabkan karena suasana terlalu basah (anaerob) dan warna kompos terlalu cerah disebabkan karena suasana terlalu kering (aerob), kadar air sekitar 30% yang dicirikan apabila diperas dengan tangan tidak ada air yang menetes, aroma menyerupai humus tanah yakni agak harum (tidak berbau busuk menyengat), memiliki pH sekitar 6-7, kadar bahan organik sekitar 30-60% dengan nisbah C/N sekitar 15, dan suhu kompos yang sudah matang akan mendekati suhu awal pengomposan.

Berdasarkan percobaan pembuatan kompos yang dilakukan, setelah 21 hari bahan organik hasil pengomposan aerob tidak hancur dan matang.

Hal ini disebabkan karena bahan organik yang digunakan untuk pengomposan kebanyakan seresah daun. Seresah daun hanya mengandung C.

Padahal, proses perombakan  bisa berlangsung dan akan menghasilkan hara dan humus apabila tersedia N, P, dan K. Penguraian bisa berlangsung cepat apabila perbandingan antara kadar C-organik:N:P:K dalam bahan yang terurai setara 30:1:0,1:0,5. Hal ini disebabkan N, P, dan K dibutuhkan untuk aktivitas metabolisme sel mikroba dekomposer (Gaur, 1980).

Sehingga seharusnya dalam melakukan pengomposan, bahan organik yang digunakan tidak hanya seresah daun kering saja. Akan tetapi, juga menambahkan cacahan limbah sayur dan buah yang proporsional. Hal tersebut karena limbah sayur dan buah mengandung N.

Prinsip dalam pengomposan yaitu untuk menurunkan rasio C/N bahan organik hingga sama dengan C/N tanah (< 20). Proses perombakan bahan organik terjadi secara biofisika-kimia yang melibatkan aktivitas biologi mikroba dan mesofauna (Setyorini et al., 2006).

Proses penguraian aerob secara garis besar sebagai berikut

Dalam sistem ini, kurang lebih dua pertiga unsur karbon (C) menguap (menjadi CO2) dan sisanya satu pertiga bagian bereaksi dengan nitrogen dalam sel hidup. Proses pengomposan aerob tidak menimbulkan bau busuk. Selama proses berlangsung akan terjadi reaksi eksotermik sehingga timbul panas akibat pelepasan energi. Kenaikan suhu dalam timbunan bahan organik menghasilkan suhu yang menguntungkan mikroorganisme termofilik. Akan tetapi, apabila suhu melampaui 65-70 Celcius, kegiatan mikroorganisme akan menurun karena kematian organisme akibat panas yang tinggi.

Berikut ini dokumentasi pribadi kegiatan pengomposan yang telah dilakukan,

Referensi

Gaur, A.C. 1980. Rapid composting. In Compost Technolog. Project Field Document No 13. Food and Agriculture Organization of The United Nations.

Hagemann, N., E. Subdiaga, S. Orsetti, J. M. Rosa, H. Knicker, H. S. Schmidt, A. Kappler, S. Behrens. 2018. Effect of biochar amendment on compost organic matter composition following aerobic composting of manure. Science of Total Environment 613: 20-21.

Harlis, H., Yelianti, U., Budiarti, R. S., & Hakim, N. (2019). Pelatihan Pembuatan Kompos Organik Metode Keranjang Takakura sebagai Solusi Penanganan Sampah di Lingkungan Kost Mahasiswa. DEDIKASI: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1), 1-8.

Setyorini, D., R. Saraswati, dan E. K. Anwar. 2006. Kompos. Badan Penelitian Tanah : Bogor

 

Uji Kesuburan Tanah

Tanah sebagai media pertumbuhan tanaman berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman, penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara), penyedia kebutuhan sekunder tanaman, dan sebagai habitat biota tanah.

Kesuburan tanah merupakan mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia, dan biologi bagian tubuh tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman. Tanah yang diusahakan untuk bidang pertanian memiliki tingkat kesuburan yang berbeda-beda.

Evaluasi kesuburan tanah adalah proses penilaian masalah-masalah keharaan dalam tanah dan pembuatan rekomendasi pemupukan (Dikti, 1991). Salah satu cara evaluasi kesuburan tanah yaitu uji vegetatif tanaman dengan melihat pertumbuhan tanaman.

Praktikum ini bertujuan untuk mengevaluasi kesuburan tanah di media tanam dengan tiga perlakukan yang berbeda. Perlakuan 1 yaitu media tanam dari tanah saja. Perlakuan 2 adalah campuran tanah dan kompos perbandingan 2:1. Sedangkan perlakuan 3, media tanam dari campuran tanah, pasir, dan kompos dengan perbandingan 1:1:1.

Praktikum dilaksanakan di Dusun Ponggok, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta pada tanggal 11 Oktober – 15 November 2020.

Kegiatan ini memerlukan beberapa bahan yaitu polybag 6 buah, kompos, tanah, pasir, biji kacang hijau, dan kertas label. Adapun alat yang digunakan antara lain cetok, cangkul, dan alat tulis.

Langkah pertama dalam melakukan kegiatan yaitu menyiapkan media tanam dengan tiga perlakukan berbeda. Kemudian biji kacang hijau dibenamkan ke dalam media tanam. Setelah itu, masing-masing polybag diberi label keterangan perlakuan. Terakhir, disiram dengan air hingga kapasitas lapang.

Pengamatan dilakukan setiap pekan selama 5 minggu. Parameter pengamatan pertumbuhan tanaman kacang hijau yaitu tinggi batang, jumlah daun, dan panjang akar.

Berdasarkan pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut

Dalam tabel di atas, data pengamatan ke-5 tinggi batang dan jumlah daun serta panjang akar tidak ada karena tanaman kacang hijau terkena hama ayam. Sehingga, tanaman mati dan tidak dapat dilakukan pengamatan.

Berdasarkan grafik dapat diketahui bahwa perlakuan 2 yaitu media tanam dengan komposisi tanah dan pupuk (2:1) memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman kacang hijau paling tinggi daripada perlakuan yang lain. Pada pengamatan ke-4 tinggi tanaman dengan perlakuan tersebut adalah 33,5 cm.

Kemudian, tanaman kacang hijau memiliki tinggi terendah dengan perlakuan 1 atau media tanam tanah saja, meskipun ketika pengamatan ke-1 lebih tinggi daripada perlakuan 3. Akan tetapi, mulai pengamatan ke-2 hingga 4 pertumbuhan tinggi tanaman stagnan.

Berdasarkan diagram batang dapat dilihat bahwa pertumbuhan jumlah daun tanaman kacang hijau dengan ketiga perlakuan tidak berbeda jauh. Tanaman yang diberi perlakuan 2 memiliki pertumbuhan daun lebih cepat daripada dua perlakuan yang lain. Sedangkan, pertumbuhan daun paling lambat yaitu tanaman dengan perlakuan 1.

Dari parameter tinggi tanaman dan jumlah daun, dapat disimpulkan bahwa media tanam dengan komposisi tanah dan pupuk (2:1) adalah paling subur dibandingkan media tanam tanah saja dan campuran tanah, pupuk, dan pasir (1:1:1).

Berikut ini beberapa dokumentasi kegiatan uji kesuburan tanah yang telah dilaksanakan

Daftar Pustaka

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 1991. Kesuburan Tanah. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Mengenal Pupuk

Tanaman membutuhkan unsur hara untuk menyusun bagian-bagian tubuh tanaman. Sebagian besar hara diperoleh tanaman dari dalam tanah melalui akar. Sehingga, kesuburan tanah mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Kesuburan tanah merupakan potensi tanah untuk dapat menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup serta berada dalam bentuk yang dapat tersedia bagi tanaman (Pinatih dkk, 2015). Ketersediaan hara dalam tanah dapat berkurang karena proses pelindian, limpasan air permukaan, penguapan, dan terangkut oleh hasil panen. Untuk menyediakan unsur hara yang kurang atau tidak tersedia dalam tanah diperlukan pemupukan.

Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara atau nutrisi bagi tanaman untuk menopang tumbuh dan berkembangnya tanaman (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015). Pupuk juga dapat didefinisikan sebagai bahan yang berfungsi memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

Pupuk yang diproduksi dan beredar di pasaran sangatlah beragam, baik dalam hal jenis, bentuk, ukuran, kandungan unsur hara maupun kemasannya. Beragam pupuk dengan berbagai karakter masing-masing, sering membuat pemakai kebingungan untuk menggunakannya. Kesalahan pemupukan dapat menyebabkan kegagalan produksi.

Oleh karena itu, perlu mengenal berbagai macam pupuk agar dapat melakukan pemupukan secara tepat.

Pupuk dapat dibedakan berdasarkan bahan asal, senyawa, fasa, cara penggunaan, reaksi fisiologi, jumlah dan macam hara yang dikandungnya. Berdasarkan asalnya, pupuk dibedakan menjadi dua yaitu pupuk alam dan pupuk buatan

Pupuk Alam

Pupuk alam ialah pupuk yang terdapat di alam atau dibuat dengan bahan alam tanpa proses yang berarti. Kebanyakan pupuk alam berupa senyawa organik. Sehingga, sebagian besar pupuk alam tergolong pupuk organik. Contoh pupuk alam adalah pupuk kompos dan pupuk organik cair

Pupuk Kompos

Kompos merupakan bahan organik, seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung, sulur, carang-carang serta kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah.

Salah satu pupuk kompos yang ada di pasaran yaitu pupuk kompos dari kotoran sapi yang diproduksi oleh Perusahaan Daerah (PD) Dharma Jaya, Jakarta Timur. Pupuk dikemas dengan kantung plastik berukuran 10 kilogram dan 20 kilogram. Terdapat informasi merek produk, alamat produsen, dan ilustrasi berwarna hijau dalam kemasan tersebut.

Pupuk kompos berbentuk granuler dan berwarna gelap. Kompos memperbaiki struktur tanah yang semula padat menjadi gembur sehingga mempermudah pengolahan tanah.

Pupuk kompos mengandung hara-hara mineral yang esensial bagi tanaman. Kompos merupakan sumber hara makro dan mikromineral secara lengkap meskipun dalam jumlah yang relatif kecil (N, P, K, Ca, Mg, Zn, Cu, B, Mo, dan Si). Ion logam yang bersifat meracun tanaman serta merugikan penyediaan hara pada tanah seperti Al, Fe, dan Mn dapat diperkecil dengan adanya khelat dengan bahan organik. Selain itu, kompos juga mengandung humus yang dapat meningkatkan nilai kapasitas tukar kation (KTK) tanah (Tan, 1991).

Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair adalah larutan hasil dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan hewan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan pupuk organik cair adalah unsur hara yang terdapat di dalamnya lebih mudah diserap tanaman (Murbandono, 1990).

Diantara pupuk organik cair yang tersedia di pasar adalah pupuk organik cair merek GDM yang diproduksi CV. Graha Sirtu, Blitar. Pupuk dikemas dalam jerigen berukuran 1 liter, 2 liter, dan 5 liter. Di kemasan bagian depan terdapat informasi merek produk, alamat produsen, varian, spesifikasi produk dan ilustrasi. Sedangkan, di bagian belakang kemasan terdapat petunjuk penggunaan dan bahan. POC merek GDM memiliki tiga varian produk yaitu spesialis tanaman pangan sayur, spesialis buah, dan spesialis perkebunan.

Pupuk organik cair mudah larut dalam air dan berwarna gelap kecoklatan. Pupuk tersebut mengandung hara nitrogen sebesar 1060 mg/l, fosfor 50 mg/l, kalium 1300 mg/l, natrium 285 mg/l, kalsium 32,6 mg/l, magnesium 1,89 mg/l, besi 2,26 mg/l, tembaga 0,25 mg/l, seng 0,65 mg/l, dan mangan sejumlah 0,10 mg/l. Selain hara makro, pupuk juga mengandung hara mikro boron 67,2 ppm, kobalt 2,5 ppm, dan molibdenum 20,25 ppm.

Pupuk Buatan

Pupuk buatan ialah pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan mengubah sumber daya alam melalui proses fisika dan kimia. Hampir semua pupuk buatan tergolong pupuk anorganik. Berdasarkan jumlah hara yang dikandungnya pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk.

Pupuk tunggal adalah yang hanya mengandung satu hara tanaman saja. Misalnya Urea, TSP, KCl, dan Borat

Pupuk Urea

Pupuk urea merupakan jenis pupuk yang mengandung kadar nitrogen (N) sebesar 46 persen. Urea memiliki kadar air maksimal sebesar 0,5 persen dan kadar biuret 1 persen. Urea bersifat higroskopis dan mudah terlarut dalam air, bentuknya kristal atau prill berwarna putih (pupuk non subsidi) dan berwarna merah muda (pupuk bersubsidi).

Pupuk urea diproduksi oleh PT Pupuk Indonesia Group. Pupuk dikemas dengan kantung plastik putih berukuran 50 kilogram. Terdapat informasi merek produk, alamat produsen, logo, spesifikasi produk, mutu pupuk dan informasi tambahan lainnya dalam kemasan.

Pupuk TSP

Pupuk TSP (Triple Super Phospat) merupakan salah satu pupuk sumber hara fosfor yang digunakan luas oleh masyarakat. Pupuk TSP memiliki kandungan P2O5 sebesar 44-46 persen. Bentuknya granular atau butiran dengan warna abu-abu yang bebas dari debu dan mudah disebarkan. Pupuk bersifat mudah larut dalam air sehingga dapat segera tersedia untuk diserap tanaman. Selain itu, pupuk TSP tidak higroskopis sehingga dapat disimpan cukup lama.

Salah satu merek pupuk TSP yang ada di pasaran yaitu MerokeTSP. Pupuk MerokeTSP diimpor dari China oleh PT Meroke Tetap Jaya, Medan. Pupuk tersebut dapat dikenali dengan merek produk, logo, mutu pupuk, alamat pengimpor, dan spesifikasi produk yang terdapat dalam kemasan karung plastik putih berukuran 50 kg.

Pupuk KCl

Pupuk KCl (Kalium Klorida) mengandung kadar kalium (K2O) sebesar 60 persen. Pupuk KCl memiliki warna merah atau putih dengan tekstur menyerupai kristal dan mudah larut dalam air.

Satu diantara produsen pupuk KCl adalah PT Petrokimia Gresik. Pupuk KCl tersedia dalam kemasan karung plastik 50 kg. Dalam kemasan pupuk terdapat merek produk, logo, alamat produsen, masa edar, mutu produk, dan berat bersih. Kemasan berwarna putih dengan garis warna kuning, hijau, dan hitam di samping kiri kanan produk.

Pupuk Borat

Borat merupakan mikro nutrien yang esensial bagi tanaman. Dibutuhkan dalam jumlah sedikit di aplikasi pemupukan. Borat membantu pembelahan sel tanaman. Pupuk Borat memiliki kandungan B2O3 45 persen. Bentuknya menyerupai kristal dan memiliki warna putih. Pupuk borat termasuk jenis pupuk yang peredarannya terbatas dan diawasi pemerintah

Pupuk borat diproduksi oleh PT Wilmar Chemical Indonesia, Jakarta dengan merk dagang Mahkota Fertilizer Borat. Pupuk tersebut dapat dikenali dengan kemasan berupa karung plastik berukuran 25 kg dan berwarna merah di bagian bawah. Dalam kemasan tersebut terdapat merek produk, mutu pupuk, informasi bentuk dan warna pupuk, alamat produsen, dan berat bersih.

Pupuk majemuk ialah pupuk yang mengandung dua atau lebih hara tanaman. Misalnya pupuk ZA, ZK, SP-36, Phonska, DAP, Dolomit, dan Kieserite.

Pupuk ZA

Nama ZA ialah singkatan dari istilah bahasa Belanda, Zwavelzure Ammoniak. Pupuk ZA mengandung amonium sulfat yang dirancang untuk memberi tambahan hara nitrogen dan belerang bagi tanaman.

Pupuk Za memiliki kandungan unsur hara nitrogen sebesar 21 persen dan belerang sebanyak 24 persen. Wujud pupuk ini butiran kristal mirip garam dapur dan berwarna putih (non subsidi) atau oranye (bersubsidi). Pupuk ini higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak sekuat pupuk urea. Karena ion sulfat sangat mudah larut dalam air sedangkan ion amonium lebih lemah, pupuk ini berpotensi menurunkan pH tanah.

Salah satu produsen pupuk ZA adalah PT Petrokimia Gresik. Pupuk ini dikemas menggunakan karung plastik ukuran 50 kg. Dalam kemasan terdapat informasi merek produk, logo, alamat produsen, berat bersih, mutu pupuk, dan corak berwarna kuning.

Pupuk ZK

Pupuk ZK (Zwavelzure Kalium) merupakan pupuk yang mengandung unsur hara kalium dan belerang dengan kadar yang cukup tinggi. Kandungan kalium pupuk ZK sebesar 50 persen, sedangkan belerang sebanyak 17 persen. Pupuk ZK memiliki bentuk seperti serbuk, berwarna putih, dan bersifat larut dalam air.

Salah satu pupuk ZK yang berada di pasar diproduksi oleh PT Petrokimia Gresik. Pupuk dikemas dalam karung plastik berukuran 50 kg, berwarna putih dan memiliki corak berwarna oranye. Dalam kemasan tersebut, terdapat informasi mengenai merek pupuk, logo, alamat produsen, mutu pupuk, berat bersih, dan informasi tambahan lainnya.

Pupuk SP-36

Pupuk SP-36 adalah pupuk yang memiliki kandungan hara fosfat dan belerang. Kandungan hara fosfat pupuk ini sebesar 36 persen dan sulfur 5 persen. Pupuk SP-36 mengandung kadar air maksimal 5 persen dan mengandung kadar asam bebas hingga 6 persen. Bentuknya butiran, berwarna abu-abu, tidak bersifat higroskopis, serta dapat larut dalam kandungan asam sitrat dengan kadar minimum 34 persen, dan juga larut di dalam air minimum 30 persen. Pupuk SP-36 mudah larut dalam air.

Pupuk SP-36 diproduksi oleh PT Petrokimia Gresik. Pupuk ini dapat dikenali dengan corak berwarna abu-abu yang ada di bagian kemasan. Selain itu, terdapat informasi mengenai merek pupuk, mutu pupuk, logo, berat bersih, alamat produsen, dan informasi tambahan lainnya dalam kemasan pupuk.

Pupuk Phonska

Pupuk Phonska merupakan pupuk majemuk lengkap. Pupuk Phonska memiliki kandungan nitrogen sebesar 15 persen, fosfat 15 persen, kalium sebanyak 15 persen, dan belerang sebesar 10 persen. Pupuk Phonska memiliki bentuk granul, larut dalam air, dan berwarna merah muda.

Pupuk Phonska diproduksi oleh PT Pupuk Indonesia Group, Gresik. Pupuk dikemas dalam karung plastik ukuran 50 kg dengan corak berwarna biru. Selain itu, dalam kemasan tersebut terdapat informasi merek produk, logo, mutu pupuk, dan alamat produsen.

Pupuk DAP

Pupuk DAP (Diamonium Fosfat) memiliki kandungan hara nitrogen minimal 18 persen, dan kadar fosfat minimal 46 persen. Pupuk ini memiliki kadar air maksimal 1 persen. Bentuknya butiran, berwarna hitam atau abu-abu.

Pupuk DAP diproduksi oleh PT Petrokimia Gresik. Pupuk dikemas dalam kemasan kantong ukuran 50 kilogram. Dalam kemasan tersebut, terdapat merek produk, mutu pupuk, logo, berat bersih, dan corak berwarna hitam kuning.

Pupuk Dolomit

Pupuk Dolomit merupakan pupuk yang mengandung magnesium (MgO) yang berbahan dasar batuan dolomit. Pupuk Dolomit memiliki kandungan MgO sebesar 20 persen dan CaO sebanyak 30 persen. Pupuk Dolomit berbentuk serbuk, berwarna putih, memiliki berat jenis sebesar 1,25 serta dapat larut dalam asam sitrat. Pupuk Dolomit meningkatkan pH tanah sehingga memacu aktivitas mikroba.

Pupuk Dolomit yang diproduksi PT Anugerah Dolomit Lestari, Palembang dikemas dalam karung plastik 50 kg. Dalam kemasan pupuk ini terdapat informasi merek produk, logo, alamat produsen, berat bersih, mutu pupuk, dan masa edar.

Pupuk Kieserite

Kieserite atau memiliki nama lain Magnesium Sulfat, merupakan salah satu sumber yang baik untuk unsur hara magnesium dan belerang. Pupuk Kieserite termasuk pupuk yang terurai dan bereaksi dengan cepat dan merupakan pilihan yang tepat ketika unsur hara magnesium dibutuhkan segera. Pupuk ini mengandung MgO sebesar 27 persen dan belerang 23 persen. Wujud pupuk Kieserite yaitu bubuk dan granular dan berwarna abu-abu

Pupuk Kieserite diproduksi oleh PT Sentana Adidaya Pratama dengan merek dagang Mahkota. Pupuk dikemas menggunakan karung plastik berukuran 50 kg. Produk dapat dikenali dengan corak warna hijau di bagian bawah kemasan. Selain itu, terdapat juga informasi mengenai merek produk, logo, mutu pupuk, alamat produsen, dan informasi tambahan lainnya.

Berdasarkan cara penggunaannya, selain pupuk akar yang diberikan ke dalam tanah di sekitar akar ada juga pupuk daun yang cara pemupukan dilarutkan dalam air dan disemprotkan di permukaan daun. Contoh pupuk daun yaitu Gandasil D.

Pupuk Gandasil D

Pupuk Gandasil D merupakan pupuk NPK majemuk dan sebagai pupuk daun foliar. Kandungan komposisi unsur hara pupuk Gandasil D yaitu nitrogen sebesar 20 persen, fosfor 15 persen, kalium sebanyak 15 persen, dan magnesium 1 persen. Selain itu, dilengkapi juga hara mikro seperti Mn, Cu, B, Co, dan Zn dan vitamin untuk tanaman.

Pupuk Gandasil D diproduksi oleh PT Kalatham, Bekasi. Pupuk Gandasil dikemas dengan plastik hijau berukuran 500 gram. Dalam kemasan tersebut terdapat informasi merek produk, logo, spesifikasi produk, bahan, dan petunjuk penggunaan.

Pupuk Hayati

Efisiensi pemupukan dapat ditingkatkan dengan menggunakan fiksasi N2, pelarut hara P dan K, dan pemacu pertumbuhan tanaman. Penggunaan mikroba penyubur tanah dapat menyediakan hara bagi tanaman dan metabolit pengatur tumbuh tanaman, serta melindungi akar dari gangguan hama dan penyakit.

Teknologi pupuk hayati merupakan penggunaan probuk biologi aktif yang terdiri dari mikroba penyubur tanah untuk meningkatkan efisien pemupukan, kesuburan dan kesehatan tanah. Salah satu contoh pupuk hayati adalah EM4

Pupuk EM4

Effective Microorganism 4 atau yang lebih dikenal dengan EM4 adalah cairan yang berisi campuran dari beberapa mikroorganisme hidup yang bermanfaat dan berguna bagi proses penguraian dan persediaan unsur hara tanah.

Bentuk EM4 adalah berupa cairan yang berwarna kecokelatan dan beraroma segar. EM4 sendiri mengandung bakteri fermentasi, mulai dari genus Lactobacillus, jamur fermentasi, bakteri fotosintetik Actinomycetes, bakteri pelarut fosfat, dan juga ragi.

EM4 diproduksi oleh PT Songgolangit Persada. EM4 dikemas dengan botol berwarna kuning berukuran 1 liter. Terdapat informasi merek produk, logo, bahan, petunjuk penggunaan dan alamat produsen dalam kemasan tersebut.

Daftar Pustaka

Balai Penelitian Tanah Kementerian Pertanian. 2018. Pengertian Pupuk. http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/en/berita-terbaru-topmenu-58/1059-

Murbandono. 1990. Membuat Kompos. Jakarta : Penebar Swadaya

Pinatih, I. D. A. S. P., Kusmiyarti, T. B., & Susila, K. D. 2015. Evaluasi status kesuburan tanah pada lahan pertanian di Kecamatan Denpasar Selatan. Jurnal Agroekoteknologi Tropika (Journal of Tropical Agroecotechnology).

Tan, K. H. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. UGM Press. Yogyakarta